17/04/13

SAP Gullain Barre Syndrome

Materi Gullain Barre Syndrome
Oleh: Unik Waluyo Jati

Definisi
Penyakit akut atau lebih tepat subakut yang lambat laun menjadi paralitik dengan penyebab yang belum jelas, namun teori saat ini mulai terarah pada proses imunologik.

Etiologi
Teori yang berlaku sekarang menganggap GBS, merupakan suatu penyakit autoimun oleh karena adanya antibody antimyelin yang biasannya didahului dengan faktor pencetus. Sedangkan etiologinya sendiri yang pasti belum diketahui, diduga oleh karena :
  1. Infeksi: missal radang tenggorokan atau radang lainnya.
  2. Infeksi virus: measles, Mumps, Rubela, Influenza A, Influenza B, Varicella zoster, Infections mono nucleosis (vaccinia, variola, hepatitis inf, coxakie).
  3. Vaksin: rabies, swine flu.
  4. Infeksi yang lain; Mycoplasma pneumonia, Salmonella thyposa, Brucellosis, campylobacter jejuni.
  5. Keganasan: Hodgkin’sdisease, carcinoma,lymphoma
Dimana faktor penyebab di atas disebutkan bahwa infeksi usus dengan campylobacter jejuni biasanya memberikan gejala kelumpuhan yang lebih berat. Hal ini dikarenakan struktur biokimia dinding bakteri ini mempunyai persamaan dengan struktur biokimia myelin pada radik, sehingga antibodi yang terbentuk terhadap kuman ini bisa juga menyerang myelin.
Pada dasarnya guillain barre adalah “self Limited” atau bisa tumbuh dengan sendirinya. Namun sebelum mencapai kesembuhan bisa terjadi kelumpuhan yang meluas sehingga pada keadaan ini penderita memerlukan respirator untuk alat Bantu nafasnya.

Insiden
GBS tersebar di seluruh dunia terutama di negara-negara berkembang dan merupakan penyebab tersering dari paralysis akut. Insiden banyak dijumpai pada dewasa muda dan bisa meningkat pada kelompok umur 45-64 tahun. Lebih sering dijumpai pada laki – laki daripada perempuan.
Angka kejadian penyakit ini berkisar 1,6 sampai 1,9/100.000 penduduk per tahun lebih dari 50% kasus biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas atas. Selain yang disebutkan diatas penyakit ini dapat pula timbul oleh karena infeksi cytomegalovirus, epster-barr virus, enterovirus, mycoplasma dan dapat pula oleh post imunisasi . Akhir–akhir ini disebutkan bahwa campylobacter jejuni dapat menimbulkan GBS dengan manifestasi klinis lebih berat dari yang lain.
Guillain Bare Syndrome termasuk dalam penyakit poliradikulo neuropati dan untuk membedakannya berdasarkan lama terjadinya penyakit dan progresifitas penyakit yaitu :
  • Guillain barre syndrome (GBS), Fase progresif sampai 4 minggu.
  • Subakut idiopathic polyradiculo neuropathy (SIDP)
  1. Fase progresif dari 4-8 minggu
  2. Gejala klinis: Terutama motorik, Relative ringan tanpa : gagal pernapasan, gangguan otonomik yang jelas
  3. Neurofisiologi : demyelinisasi
  4. Biopsi : demyelinisasi ~ makrofag
  • Cronic inflammatory demyelinating polyradiculo neuropathy (CIDP)
  1. Fase progresif > 12 minggu
  2. Dibagi dalam 2 bentuk; Idiopathic CIDP (CIDP – 1), dan CIDP MGUS (monoclonal gammopathy uncertain significance)
Patofisiologi
Gullain Barre Syndrome diduga disebabkan oleh kelainan system imun ewat mekanisme limfosit medialed delayed hypersensivity atau lewat antibody mediated demyelinisation. Masih diduga, mekanismenya adalah limfosit yang berubah responya terhadap antigen.
Limfosit yang berubah responnya menarik makrofag ke saraf perifer, maka semua saraf perifer dan myelin diserang sehingga selubung myelin terlepas dan menyebabkan system penghantaran implus terganggu.
Karena proses ditujukan langsung pada myelin saraf perifer, maka semua saraf perifer dan myelin saraf perifer, maka semua saraf dan cabangnya merupakan target potensial, dan biasannya terjadi difus. Kelemahan atau hilangnya system sensoris terjadi karena blok konduksi atau karena axor telah mengalami degenerasi oleh karena denervasi. Proses remyelinisasi biasannya dimulai beberapa minggu setyelah proses keradangan terjadi.

Komplikasi
  1. Polinneuropatia terutama oleh karena defisiensi atau metabolic
  2. Tetraparese oleh karena penyebab lain
  3. Hipokalemia
  4. Miastenia Gravis
  5. Adhoc commite of GBS
  6. Tick Paralysis
  7. Kelumpuhan otot pernafasan
  8. Dekubitus
Penatalaksanaan 
Perawatan umum
  1. Perawatan umum ditujukan pada kandung seni (bladder), traktus digestivus (Bowel), pernapasan (breathing), badan dan kulit (Body and Skin care), mata dan, mulut, makanan (nutrition and fluid balance)
  2. Bila ada tanda-tanda kelumpuhan otot pernapasan harus secepatnya dirujuk/dikonsulkan kebagian anesthesia bila PO2 menurun dan PCO2 meningkat atau vital kapasitas < 15 1/menit. Apakah memerlukan respirator untuk mengetahui dengan cepat gangguan otot pernapasan, yang terdapat dua bentuk ialah sentral dan perifer. Yang sentral tidak ada dyspne, tetapi kelainan ritme : cheyne-stoke

ASUHAN KEPERAWATAN 

Pengkajian
  1. Identitas klien               : meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status
  2. Keluhan utama             : kelumpuhan dan kelemahan
  3. Riwayat keperawatan : sejak kapan, semakin memburuknya kondisi / kelumpuhan, upaya yang dilakukan selama menderita penyakit.
Pemeriksaan Fisik
  1. B1 (Breathing). Kesulitan bernafas / sesak, pernafasan abdomen, apneu, menurunnya kapasitas vital / paru, reflek batuk turun, resiko akumulasi secret.
  2. B2 (Bleeding). Hipotensi / hipertensi, takikardi / bradikardi, wajah kemerahan.
  3. B3 (Brain). Kesemutan, kelemahan-kelumpuhan, ekstremitas sensasi nyeri turun, perubahan ketajaman penglihatan, ganggua keseimbangan tubuh, afasis (kemampuan bicara turun), fluktuasi suhu badan.
  4. B4 (Bladder). Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine, hilangnya sensasi saat berkemih.
  5. B5 (Bowel). Kesulitan menelan-mengunyah, kelemahan otot abdomen, peristaltic usus turun, konstipasi sampai hilangnya sensasi anal.
  6. B6 (Bone). Gangguan mobilitas fisik-resiko cidera / injuri fraktur tulang, hemiplegi, paraplegi.
Diagnosa keperawatan
  1. Resiko terjadi ketidakefektifan bersihan jalan nafas
  2. Resiko tejadi ggn pertukaran gas
  3. Ketidakefektifan pola nafas
  4. Ggn komunikasi verbal
  5. Resiko tinggi terjadi  infeksi
  6. Resiko terjadi trauma
  7. Resiko terjadi disuse syndrome
  8. Kecemasan pada orang tua
Lumpuh Akibat Sindroma Guillain-Barre
Suatu ketika saya mendapat e-mail dari milis almamater saya di Surabaya. Ternyata suatu kisah sedih, salah seorang alumni kakak angkatan saya mengalami musibah. Beliau mengidap suatu penyakit yang disebut sebagai Sindroma Guillain-Barre (SGB). Nama penyakit ini agak asing bagi telinga saya, dan saya jamin juga para pembaca kurang paham soal sindroma ini.
Tak ada yang tahu pasti seperti apa penyakit ini dan seberapa berbahayanya penyakit ini. Setelah saya coba searching, akhirnya saya menemukan sedikit info tentang penyakit ini. Menurut Dr. Iskandar Japardi dari Fakultas Kedokteran USU, SGB merupakan penyebab kelumpuhan yang cukup sering dijumpai pada usia dewasa muda. SGB ini seringkali mencemaskan penderita dan keluarganya karena terjadi pada usia produktif, apalagi pada beberapa keadaan dapat menimbulkan kematian. Presiden paling populer AS, Franklin Delano Roosevelt, yang mengalami kelumpuhan akibat polio, diduga kuat oleh para ahli mengidap SGB ini, bukan polio.
SGB ternyata mempunyai sejumlah nama, seperti Idiopathic polyneuritis, Acute Febrile Polyneuritis, Infective Polyneuritis, Post Infectious Polyneuritis, Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy, Guillain Barre Strohl Syndrome, Landry Ascending paralysis, dan Landry Guillain Barre Syndrome. Namun biasanya lebih ringkasnya disebut dengan Sindroma Guillain-Barre.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, SGB sering menyerang pada orang-orang di usia produktif, yaitu antara 15 sampai dengan 35 tahun. Dan tidak jarang SGB juga menyerang pada usia 50 sampai dengan 74 tahun. Jarang sekali SGB menyerang pada usia di bawah 2 tahun. Untuk di Indonesia, kasus SGB masih belum begitu banyak, rata-rata yang terkena kasus ini berusia 23,5 tahun.
Secara etiologi SGB sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan/penyakit yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya SGB, antara lain:
  1. Infeksi
  2. Vaksinasi
  3. Pembedahan
  4. Penyakit sistematik, seperti keganasan, systemic lupus erythematosus, tiroiditis, dan penyakit Addison
  5. Kehamilan atau dalam masa nifas
Namun secara umum kasus SGB banyak berhubungan dengan infeksi, baik yang disebabkan oleh virus maupun bakteri. Namun bagaimana proses terjadinya SGB dari infeksi, masih belum diketahui dengan jelas. Diduga SGB terjadi akibat proses mekanisme imunlogi (ya semacam proses respon antibodi terhadap virus atau bakteri) yang menimbulkan kerusakan pada syaraf tepi hingga terjadi kelumpuhan.
Namun jangan khawatir, sebagian besar penderita dapat sembuh sendiri. Pengobatan secara umum bersifat simtomik. Meskipun dikatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri, namun perlu adanya waktu perawatan yang cukup lama dan angka kecacatan (gejala sisa) cukup tinggi sehingga pengobatan tetap harus diberikan.