23/01/13

Pengaruh Partisipasi Kegiatan Keagamaan Islam Terhadap Kedisiplinan Siswa

BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan sebagai sebuah bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju ke arah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan dalam memilih arah atau tujuan yang akan dicapai. (http://walfchild.blogspot.com/2011/11/definisi-pendidikan-berdasarkan-kamus.html/ Diunduh pada 20-2-2012 pada pukul 19:55)
Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri, bahkan merupakan hak semua warga Negara. Berkenaan dengan ini, di dalam UUD '45 Pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa; "Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran". Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,  kreatif  mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh pendidik agar anak didik menjadi pandai. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Ramayulis, 2004:1). Seperti firman Allah SWT dalam QS An Nahl ayat 78 yang berbunyi: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS An-Nahl :78)
Tujuan pendidikan nasional suatu bangsa menggambarkan manusia yang baik menurut pandangan hidup yang dianut oleh bangsa itu, dan tujuan pendidikan suatu bangsa mungkin tidak akan sama dengan bangsa lainnya, karena pandangan hidup mereka biasanya tidak akan sama. Tetapi pada dasarnya pendidikan setiap bangsa tentu sama, semua menginginkan terwujudnya manusia yang baik yaitu manusia yang sehat, kuat serta mempunyai ketrampilan, pikirannya cerdas serta pandai, dan hatinya berkembang dengan sempurna. (http://superthowi.wordpress.com/2012/08/14/aliran-aliran-dalam-pendidikan/ Diunduh pada 20-2-2012 pada pukul 20:05).
Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesama manusia. Agama selalu mengajarkan yang terbaik dan tidak pernah menyesatkan penganutnya. Untuk itu sebagai benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi berbagai tantangan di atas, kiranya untuk menanamkan pendidikan agama yang kuat dalam diri anak, sehingga dengan pendidikan agama ini, pola hidup anak akan terkontrol oleh rambu-rambu yang telah digariskan agama dan dapat menyelamatkan anak agar tidak terjerumus dalam jurang keterbelakangan mental.
Pendidikan agama merupakan suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh umat manusia dalam rangka meningkatkan penghayatan dan pengalaman agama dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara. Pendidikan agama tersebut menjadi dasar yang kuat bagi siswa yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan. Siswa dalam perkembangannya juga harus melalui proses belajar. Termasuk di dalamnya belajar mengenal diri, belajar mengenal orang lain, dan belajar mengenal lingkungan sekitarnya. Ini dilakukan agar siswa dapat mengetahui dan menempatkan posisinya di tengah-tengah masyarakat sekaligus mampu mengendalikan diri.
Sifat pengendalian diri harus ditumbuhkembangkan pada diri siswa. Pengendalian diri di sini dimaksudkan adalah suatu kondisi di mana seseorang dalam perbuatannya selalu dapat menguasai diri sehingga tetap mengontrol dirinya dari berbagai keinginan yang terlalu meluap-luap dan berlebih-lebihan. Berarti dalam sifat pengendalian diri tersebut terkandung keteraturan hidup dan kepatuhan akan segala peraturan. Dengan kata lain, perbuatan siswa selalu berada dalam koridor disiplin dan tata tertib sekolah. Bila demikian, akan tumbuh rasa kedisiplinan siswa untuk selalu mengikuti tiap-tiap peraturan yang berlaku di sekolah, karena mematuhi semua peraturan yang berlaku di sekolah merupakan suatu kewajiban bagi setiap siswa.
Jadi dapat diartikan proses pengendalian diri yang diharapkan ada pada diri siswa sangat erat kaitanya dengan penerapan kegiatan keagamaan Islam di sekolah, karena hal tersebut tentu saja akan berpengaruh dengan mutu ataupun tingkat kedisiplinan di sekolah tersebut. Begitu pula yang terjadi di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Salatiga, meskipun sekolah tersebut berlatar belakang negeri, tapi di sekolah tersebut sudah menerapkan kegiatan keagamaan Islam seperti halnya sekolah-sekolah yang berlatar belakang Islam. Bahkan jika melihat semua Sekolah Menengah Atas atau sederajat yang ada di Salatiga, Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Salatiga bisa dikatakan lebih dari sekolah-sekolah lain dalam bidang penerapan kegiatan agama Islamnya, karena di sekolah tersebut sudah diterapkan program Sholat Jum’at di sekolahan. Maka penerapan kegiatan keagamaan Islam tersebut sangat diharapkan mampu mengatasi masalah kedisiplinan yang akhir-akhir ini sangat memprihatinkan di dunia pendidikan.
Masalah kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti bagi kemajuan sekolah. Di sekolah yang tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang baik. Sebaliknya, pada sekolah yang tidak tertib kondisinya akan jauh berbeda. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sudah dianggap barang biasa dan untuk memperbaiki keadaan yang demikian tidaklah mudah. Hal ini diperlukan kerja keras dari berbagai pihak untuk mengubahnya, sehingga berbagai jenis pelanggaran terhadap disiplin dan tata tertib sekolah tersebut perlu dicegah dan ditangkal.
Tingkat kedisiplinan siswa umumnya masih tergolong memprihatinkan. Kuantitas pelanggaran yang dilakukan oleh siswa semakin bertambah dari waktu ke waktu. Dari berbagai jenis pelanggaran tata tertib sekolah, misalnya banyaknya siswa yang bolos atau meninggalkan kelas pada waktu jam belajar, perkelahian, terlambat datang ke sekolah, malas belajar, sering tidak masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, tidak membuat pekerjaan rumah, merokok, dan lain-lain. Secara garis besar banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa akan berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi belajar di sekolah.
Menciptakan kedisiplinan siswa bertujuan untuk mendidik siswa agar sanggup memerintahkan diri sendiri. Mereka dilatih untuk dapat menguasai kemampuan, juga melatih siswa agar ia dapat mengatur dirinya sendiri, sehingga para siswa dapat mengerti kelemahan atau kekurangan yang ada pada dirinya sendiri.
Menanamkan kedisiplinan siswa merupakan tugas tenaga pengajar (guru). Untuk menanamkan kedisiplinan siswa ini harus dimulai dari dalam diri kita sendiri, barulah kita dapat mendisiplinkan orang lain sehingga akan tercipta ketenangan, ketentraman, dan keharmonisan.
Dari persoalan diatas, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “PENGARUH PARTISIPASI KEGIATAN KEAGAMAAN ISLAM TERHADAP   KEDISIPLINAN SISWA YANG BERAGAMA ISLAM KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI (SMAN) 2 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012”. 

B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan pokok-pokok masalah penelitian ini yaitu:
  1. Bagaimana partisipasi kegiatan keagamaan Islam siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012? 
  2. Bagaimana kedisiplinan siswa yang beragama Islam kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012? 
  3. Adakah pengaruh antara partisipasi kegiatan keagamaan Islam terhadap kedisiplinan siswa yang bergama Islam kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Salatiga tahun 2011/2012? 
C.    Tujuan Penelitian
Melihat permasalahan di atas yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
  1. Untuk mengetahui partisipasi kegiatan keagamaan Islam siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.
  2. Untuk mengetahui kedisiplinan siswa yang bergama Islam kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.
  3. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi kegiatan keagamaan Islam terhadap kedisiplinan siswa yang beragama Islam kelas XI di Sekolah Menengah Atas negeri (SMAN) 2 Salatiga tahun 2011/2012.
D.    Hipotesis Penelitian
 
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1998:67). Sedangkan Sutrisno Hadi dalam bukunya Metodologi Research menyatakan hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar, atau mungkin juga salah, dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima apabila fakta-fakta membenarkan (Hadi, 1981:63).
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis, “ada pengaruh positif antara penerapan kegiatan keagamaan Islam terhadap kedisiplinan siswa kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012”. Ini berarti bahwa semakin tinggi penerapan kegiatan keagamaan Islam, maka semakin tinggi  kedisiplinan siswa, begitu pula sebaliknya, semakin rendah penerapan kegiatan keagamaan Islam, maka semakin rendah kedisiplinan siswa.

E.    Kegunaan Penelitian
Adapun dua manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini, yaitu:
Manfaat teoretis dan manfaat praktis.
Manfaat Teoretis
  1. Hasil penelitian dapat memberikan masukan berharga berupa konsep-konsep, sebagai upaya untuk peningkatan dan pengembangan ilmu.
  2. Hasil penelitian dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi para peneliti di bidang pendidikan.
  3. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmu bagi peneliti, seluruh pembaca pada umumnya, dan bagi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Salatiga pada khususnya.
Manfaat Praktis
  1. Bagi siswa, agar dapat memahami tentang pembiasaan perilaku di sekolah menengah atas yang dapat membentuk etika peserta didik.
  2. Bagi guru, agar pendidik dapat menanamkan perilaku religius dalam membentuk etika peserta didik.
  3. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan yang dapat dijadikan bekal pada waktu terjun ke masyarakat sebagai seorang pendidik.
F.    Definisi Operasional
 
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda, maka penulis menjelaskan istilah-istilah dan hal-hal yang berkaitan dengan judul di atas: 

Partisipasi Kegiatan Keagamaan Islam
  1. Kegiatan. Berasal dari kata giat yang berarti rajin; bergairah dan bersemangat; aktif. Dapat imbuhan ke- an yang mempunyai makna melakukan suatu pekerjaan jadi kegiatan adalah aktivitas, usaha, pekerjaan (http://kamusbahasaindonesia.org/kegiatan. Diunduh pada tanggal 17-1-2012 pada pukul 12:47).
  2. Keagamaan Islam. Keagamaan berasal dari kata agama yang artinya ajaran. Sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang maha kuasa. mendapat imbuhan ke- an yang berarti sesuatu yang berhubungan dengan agama.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan kegiatan keagamaan Islam adalah suatu proses usaha bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam.

Adapun indikator dari partispasi kegiatan keagamaan Islam adalah:
  1. Membaca surat yasin setiap hari jum’at pagi
  2. Sholat jum’ah berjamaah (siswa laki-laki)
  3. Membaca tadarus Al-Qur’an sebelum memulai pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

Kedisiplinan
Berasal dari kata disiplin yang berarti disiplin: (1) tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dsb); (2) ketaatan (kepatuhan) kpd peraturan (tata tertib dsb); (3) bidang studi yang memiliki objek, sistem, dan metode tertentu (KBBI, 2007:268). Dapat imbuhan ke- an yang mempunyai makna melakukan suatu pekerjaan jadi kegiatan adalah aktivitas, usaha, pekerjaan.
Sedangkan dalam makna lain disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib. (http://starawaji.wordpress.com/pengertian-kedisiplinan/ Diunduh pada tanggal 19-4-2009 pada pukul 20:15).
Adapun indikator dari kedisiplinan adalah:
  1. Ketaatan terhadap tata tertib sekolah.
  2. Ketaatan terhadap kegiatan belajar di sekolah.
  3. Ketaaatan dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran.
  4. Ketaatan terhadap kegiatan belajar di rumah.

Silahkan tuliskan komentar yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
EmoticonEmoticon