31/10/11

Pembagian Hadits Ahad, Masyhur, Aziz, dan Gharib

HADITS AHAD
Menurut bahasa kata “Ahad” adalah bentuk jama’ dari kata “ahada”, yang berarti “satu”. Sedang arti hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu orang. Sedangkan menurut istilah adalah suatu hadits yang tidak terkumpul syarat-syarat hadits mutawatir padanya. Hadits ahad memberikan pengetahuan yang bersifat nadhary, yakni suatu pengetahuan yang berdiri di atas teori dan dalil.
Macam-macamnya dilihat dari segi jumlah jalan-jalannya.
  1. Hadits masyhur
  2. Hadits aziz
  3. Hadits ghorib
HADITS MASYHUR
Menurut bahasa kata “masyhur” adalah isim fa’il dari kata syahara seperti dalam kalimat “syahartul amra” artinya “saya mengumumkan atau menampakkan suatu perkara” disebut demikian karena nampak jelasnya. Sedangkan menurut istilah : adalah suatu hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih dalam tiap-tiap tingkatan sanadnya selama tidak mencapai batas mutawatir.
Contohnya:
Adalah hadits, “Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mencabut ilmu dengan cara mancabutnya langsung”.

Al-mustafidl 
Menurut bahasa : kata mustafidl adalah isim fail dari kata “istafadla” yang berarti air melimpah atau tersebar. Sedangkan menurut istilah : diperselisihkan definisinya, menjadi 3 pendapat yaitu :
  1. Hadits mustafidl adalah sinonim bagi hadits masyhur
  2. Hadits mustafidl lebih khusus dari hadits masyhur, karena dalam mustafidl diisyaratkan harus sama kedua ujung sanadnya.
  • Kasyul Chafa’ wa muzail ilyas fi,a istihara min al-hadits ala al-sinatin nas, karya al-ajluny.
  • Tamyizut Tayyib minal al-chabits fima yaduru ala asinatin nas min al-hadits, karya ibnu al-daiba as-syaibany.
HADITS AZIZ 
Menurut bahasa adalah sifat musyabbahah dari kata “azza ya izzu”, dengan berkasroh, artinya sedikit atau jarang. Sedangkan Menurut istilah yaitu hadits perawinya tidak kurang dari dua orang dalam semua tingkatan (thabaqat) sanad. Yakni bilamana suatu hadits dalam tiap-tiap tingkatan sanadnya itu tidak ditemukan kurang dari dua orang.
Contohnya :
Hadits yang diriwayatkan oleh Syaikhan dari hadits anas dan Bukhary dari hadits abi hurairah bahwa rasululloh bersabda : “tidak beriman salah seorang kamu sekalian hingga aku lebih dicintainya dari bapaknya dan anaknya dan manusia semuanya.” 

HADITS GHARIB 
Menurut bahasa adalah sifat musyabbahah, dengan arti sendiri, atau jauh dari teman-teman dekatnya. Sedangkan menurut istilah yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perowi sendirian atau satu orang rawi. Artinya suatu hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi secara sendirian, adakalanya terjadi dalam setiap tingkatan dari tingkatan-tingkatan sanad atau dalam sebagian tingkatan sanadnya, walaupun dalam satu tingkatan saja.
Macam-macamnya :
  1. Gharib mutlak atau Fardlu mutlak, yaitu bilamana keghariban terletak pada asal sanadnya, artinya hadits yang diriwayatkan seorang rawi sendirian pada asal sanadnya.
  2. Gharib nisby atau fardhu nisby, yaitu hadits yang kegharibannya berada di pertengahan sanadnya, artinya semula diriwayatkan oleh lebih dari seorang perowi dalam asal sanadnya kemudian sendirian diriwayatkan oleh satu perowi dari mereka pada rowi-rowi tersebut.
Diantara macam-macam Ghorib Nisby 
  1. Hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang rawi kepercayaan : seperti pertanyaan mereka : “tidak seorangpun dari rawi kepercayaan kecuali si fulan” 
  2. Hanya diriwayatkan oelh seorang rawi dari seorang rawi pula. Seperti pertanyaan : :si fulan hanya meriwayatkan sendirian dari seorang fulan lainnya, sekalipun itu diriwayatkan dari arah lainnya.
  3. Hanya diriwayatkan oleh penduduk tertentu dari penduduk tertentu pula atau dari arah lainnya ; seperti perkataan mereka. Hanya diriwayatkan oleh penduduk kota basyrah saja, atau oleh penduduk kota Madinah saja, atau oleh penduduk syam atau penduduk hijaz saja.
DAFTAR PUSTAKA
Thaha, Mahmud. Ulumul Hadits. Yogyakarta : Titian Ilahi Press & LP2KI.1997
Muhammad, al-Ghazali. Al-Sunnah al-Nabawiyah Bain Ahlil Fiqh Waahil Hadits. Terj. Muhammad albaqir. Mizan. 1992

Al-Khatib, Ushul al-hadits, ‘Ulumul wa Mustholahuh, Dar al-fikr, Bairut, 1979, hlm.364-365
Al-Ghozali, Al-mustashfa,J.I. hlm.93-99
Al-Shan’ani, Subulus Salam. J.I.hlm.22

Silahkan tuliskan komentar yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
EmoticonEmoticon